بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

SEJARAH BERDIRI


Kelahiran
Nahdlatul Ulama merupakan respons terhadap munculnya gagasan pembaharuan Islam
di Indonesia yang banyak di pengaruhi pemikiran atau faham Wahabi serta ide-ide
pembaharuan Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh.


Gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, dipelopori oleh KH.
Ahmad Dahlan yang kemudian pada 1912 membentuk organisasi Muhammadiyah yang
banyak melakukan kritik terhadap praktik-praktik keagamaan yang dilakukan
kelompok muslim tradisional, seperti menolak tarikat atau praktik seperti
talqin yang berkembang sebagai tradisi keagamaan muslim tradisional.  Puncak dari pertentangan muslim “modern” dan
muslim “tradisional” ini terjadi ketika pemerintah Ibnu Saud dari kerajaan Saudi
Arabia ingin mengadakan kongres tentang kekhalifahan di Mekah dalam usahanya
untuk mendirikan kekhalifahan baru. Hal ini mendapatkan respons yang positif
dari tokoh-tokoh Islam di Indonesia, sehingga diadakanlah kongres di Bandung
yang dihadiri kelompok Islam modernis dan tradisional.



Hasil
dari kongres ini menunjuk Tjokroaminoto dari SI dan KH. Mas Mansyur dari Muhammadiyah
(keduanya kelompok modernis) untuk mengikuti kongres tentang kekhalifahan di
Mekah tersebut. Hal ini menimbulkan kekecewaan kelompok Islam tradisional
karena tidak terwakili mengikuti kongres tersebut. Karena itu KH. Wahab Hasbullah
(kelompok tradisional) mengusulkan agar utusan Indonesia meminta kepada
pemerintah Wahabi Saudi Arabia agar tetap mempertahankan ajaran dan praktik
keagamaan empat mazhab, walaupun permintaan itu ditolak.


Untuk
memperjuangkan aspirasi ulama-ulama tradisional agar dapat bertemu dengan Raja
Ibnu Su’ud, pada 31 Januari 1926 KH. Wahab Hasbullah mengundang ulama tradional
terkemuka seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Asnawi, dan beberapa tokoh lainnya
untuk membicarakan langkah-langkah atas utusan ulama tradisional untuk dapat
mengirimkan utusan sendiri mengikuti kongres kekhalifahan di Arab Saudi, dalam
pertemuan tersebut dihasilkan beberapa keputusan penting sebagai berikut:


1.     Mereka
secara resmi membentuk komite Hijaz, yang akan mengirimkan utusan sendiri untuk
menghadapi Raja Ibnu Su’ud.


2.   Membentuk
organisasi yang berfungsi sebagai wahana para ulama dalam membimbing ulama
mencapai kejayaan, dan organisasi tersebut diberi nama “Nahdlatul Ulama”.



Adapun
peranan KH. Hasyim Asy’ari dalam pembentukan NU ini sangat penting, karena
restu dan legitimasi yang dia berikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan
organisasi NU. Oleh karena itu dia ditunjuk sebagai rais akbar, sementara ketua
tanfiziyah adalah H. Hasan Gipo. Dalam perkembangan selanjutnya, warna dan
corak NU sangat dipengaruhi oleh KH. Hasyim Asy’ari. Hal ini terlihat dari pidato
iftitah yang disampaikannya kepada warga NU tentang faham Ahlussunnah Wal
Jama’ah yang menganut satu dari empat mazhab yang dijadikan sebagai azas NU.
Bahkan muqaddimah NU Qonun Asasy karangan beliau dijadikan sebagai satu
kesatuan yang utuh dari Anggaran Dasar NU.





LAMBANG


Lambang
Nahdlatul Ulama’ diciptakan oleh KH. Ridwan 
Abdullah, setelah melalui proses perenungan dan hasil sholat istikharah sebagai
petunjuk dari Allah SWT. Lambang Nahdlatul Ulama’ adalah sebagai berikut:


·        
Globe (bola dunia)


melambangkan bumi tempat manusia hidup dan


mencari kehidupan yaitu dengan berjuang, beramal, dan berilmu.
Bumi mengingatkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.


·        
Peta Indonesia yang
terlihat pada globe (bola dunia).


Melambangkan bahwa NU berdiri di Indonesia dan berjuang untuk
kekayaan Negara RI.


·        
Tali bersimpul yang
melingkari globe (bola dunia),


Melambangkan persatuan yang kokoh dan ikatan di bawahnya melambangkan
hubungan manusia dengan Allah SWT.


·        
Untaian tali berjumlah 99


Melambangkan asmaul husna agar manusia hidup bahagia di dunia
dan akhirat.


·        
Bintang besar,


melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.


·        
Empat bintang di atas garis katulistiwa


melambangkan kepemimpinan Khulafaur Rosyidin Abu Bakar, Umar bin
Khottob, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib.


·        
Empat di bawah garis katulistiwa


melambangkan empat madzhab yaitu : Imam Syafi’I, Maliki, Hanafi,
dan Hanbali.


·        
Tulisan arab “Nahdlatul Ulama” membentang
dari kanan ke kiri,


menunjukkan organisasi yang berarti kebangkitan para ulama’.


·        
Warna dasar hiijau


melambangkan kesuburan tanah air Indonesia


·        
sedangkan tulisan yang berwarna putih melambangkan kesucian.





STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI


Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari:


1. Pengurus Besar.


2. Pengurus Wilayah.


3. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa.


4. Pengurus Majelis Wakil Cabang.


5. Pengurus Ranting.


6. Pengurus Anak Ranting.





KEPENGURUSAN


Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari :


1.      Mustasyar


adalah penasehat yang bertugas dan berwenang memberikan nasehat kepada
Pengurus Nahdlatul Ulama menurut tingkatannya baik diminta ataupun tidak.


2.      Syuriyah


adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. bertugas dan
berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi
sesuai tingkatannya.


3.     
Tanfidziyah


adalah pelaksana tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan
keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.





LEMBAGA NU


Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi
Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama berkaitan
dengan kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang memerlukan penanganan khusus.





Lembaga meliputi :


a.      
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU).


bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah.


b.     
Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (LP Maarif NU)


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang
pendidikan dan pengajaran formal.


c.       Rabithah Ma’ahid
Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU)


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.


d.      Lembaga Perekonomian
Nahdlatul Ulama (LPNU)


bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan
ekonomi warga Nahdlatul Ulama.


e.       Lembaga Pengembangan
Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU)


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup.


f.       
Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan.


g.  Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama disingkat (LAKPESDAM NU)
,


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia.


h.    Lembaga Penyuluhan
dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama disingkat (LPBHNU)


bertugas melaksanakan pendampingan, penyuluhan, konsultasi, dan kajian
kebijakan hukum.


i.      Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat
(LESBUMI NU)


bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan
seni dan budaya.


j.     Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama disingkat
(LAZISNU)


bertugas menghimpun zakat dan shadaqah serta mentasharufkan zakat kepada mustahiqnya.


k.    Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama disingkat (LWPNU)


Bertugas mengurus
tanah dan bangunan serta harta benda
wakaf lainnya milik Nahdlatul Ulama.


l.      Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disingkat (LBMNU)


bertugas membahas masalah-masalah maudlu’iyyah (tematik) dan
waqi’iyyah (aktual) yang akan menjadi Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.


m.   Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama disingkat LTMNU


Bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang
pengembangan dan pemberdayaan masjid.


n.    Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama disingkat (LKNU)


bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesehatan.


o.    Lembaga Falakiyah
Nahdlatul Ulama disingkat (LFNU)


bertugas mengelola masalah ru’yah, hisab dan pengembangan iImu
falak.


p.    Lembaga Ta’lif wan
Nasyr Nahdlatul Ulama disingkat (LTNNU
)


Bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan
kitab/buku serta media informasi menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah.


q.    Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama disingkat (LPTNU)


Bertugas mengembangkan pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama.


r.      Lembaga Penanggulangan Bencana 
dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU)


bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dalam pencegahan
dan penanggulangan bencana serta eksplorasi kelautan.





BADAN OTONOM


Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul
Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan
dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.


Badan Otonom berbasis usia dan kelompok
masyarakat :


a.       Muslimat NU


untuk anggota perempuan Nahdlatul Ulama.


b.      Fatayat NU


untuk anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama berusia maksimal 40
(empat puluh) tahun.


c.       Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)


untuk anggota laki-laki
muda Nahdlatul Ulama yang maksimal
40 (empat puluh) tahun.


d.       Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)


untuk mahasiswa Nahdlatul
Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga
puluh) tahun.


e.        Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)


untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal
berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.


f.         Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)


untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal
berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.





Badan
Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya:


a.       
Jam’iyyah Ahli Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN)


anggota Nahdlatul Ulama pengamal tharekat yang mu’tabar.


b.       Jam’iyyatul Qurra
wal Huffazh (JQH)


untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah dan
Hafizh/ Hafizhah.


c.       
Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama (ISNU)


adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.


d.      
Serikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)


untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenaga
kerja.


e.       
Pagar Nusa


untuk anggota NU yang bergerak pada pengembangan seni bela diri.


f.        
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)


untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai guru
dan/atau ustadz.


g.      
Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama


Untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai nelayan.


h.      
Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat (ISHARINU)


anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak dalam pengembangan seni
hadrah dan shalawat.





SUSUNAN


PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA


MASA KHIDMAT 2015-2020










MUSTASYAR


KH.
Maimoen Zubair


Dr. KH.
Ahmad Musthofa Bisri


KH.
Nawawi Abdul Jalil


KH.
Abdul Muchit Muzadi (Alm)


Prof.
Dr. KH. M. Tholhah Hasan


KH.
Dimyati Rois


KH.
Makhtum Hannan


Drs. H.
Muhtadi Dimyathi


Dr. AG.
KH. Muhammad Sanusi Baco, Lc


TGH.
L.M. Turmudzi Badruddin


KH.
Zaenuddin Djazuli


KH.
Abdurahim Musthofa


KH. M.
Anwar Manshur


KH.
Habib M. Luthfiy Ali Bin Yahya


KH.
Sya’roni Ahmadi


KH.
Ahmad Syatibi Syarwan


KH.
Syukri Unus


Dr. H.
M. Jusuf Kalla


Prof.
Dr. KH. Chotibul Umam


Prof.
Dr. Tengku H. Muslim Ibrahim


KH. Hasbullah
Badawi


KH.
Hasyim Wahid Hasyim


KH.
Thohir Syarqawi


KH.
Hamdan Kholid


KH.
Saifuddin Amsir, MA


KH.
Zubair Muntashor


KH.
Ahmad Basyir


KH.
Ahmad Shodiq


KH.
Mahfud Ridwan


Prof.
Dr. KH. Nasarudin Umar, MA


Prof.
Dr. H. Machasin, MA


KH. Adib
Rofiuddin Izza


Habib
Zein Bin Smith


Dr. Ir.
H. Awang Faroeq Ishaq





SYURIYAH


Rais
‘Aam : Dr. KH. Ma’ruf Amin


Wakil
Rais ‘Aam : KH. Miftachul Akhyar


Rais :
KH. Mas Subadar


Rais :
KH. Nurul Huda Djazuli


Rais :
KH. Masdar F. Mas’udi, MA


Rais :
KH. Ahmad Ishomuddin, M.Ag


Rais :
KH. AR Ibnu Ubaidillah Syatori


Rais :
KH. Dimyati Romli


Rais :
KH. Abdullah Kafabihi Mahrus Ali


Rais :
KH. Khalilurrahman


Rais :
KH. Syarifuddin Abdul Ghani


Rais :
KH. Ali Akbar Marbun


Rais :
KH. Subhan Ma’mun Ma’sum


Rais :
KH. M. Mustofa Aqiel Siroj


Rais :
KH. Cholil As’ad Syamsul Arifin


Rais :
KH. Idris Hamid


Rais :
KH. Akhmad Said Asrori


Rais :
KH. Tb. Abdul Hakim


Rais :
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA


Rais :
Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah


Rais :
KH. Najib Abdul Qadir


Katib
‘Aam : KH. Yahya Cholil Staquf


Katib :
H. M. Mujib Qolyubi, M. H


Katib :
Drs. KH. Sholahuddin Al Aiyubi, M.Si


Katib :
Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen


Katib :
KH. Zulfa Mustofa


Katib :
Dr. H. Asrorun Ni’am Sholeh


Katib :
Drs. KH. Acep Adang Ruchiyat, M.Si


Katib :
KH. Lukman Al-Hakim Haris


Katib :
KH. Taufiqurrahman Yasin


Katib :
KH. Abdussalam Shohib


Katib :
KH. Zamzami Amin


Katib :
Dr. H. Sa’dullah Affandy, M.Ag. M.Si


A’wan :


KH. Abun
Bunyamin Ruhiat


Drs. KH.
Cholid Mawardi


KH. TK.
Bagindo M. Letter


Prof.
Dr. HM. Ridwan Lubis


KH.
Mukhtar Royani


KH.
Abdullah Syarwani, SH


KH. Eep
Nuruddin, M.Pd.I


Drs. KH.
Nuruddin Abdurrahman, SH


KH.
Ulinnuha Arwani


KH.
Abdul Aziz Khayr Afandi


H.
Fauzian Noor


Dr.H.
Hilmi Muhammadiyah, M.Si


KH.
Maulana Kamal Yusuf


Drs. H.
Ahmad Bagdja


KH.
Muadz Thohir


KH.
Maimun Ali


H. Imam
Mudzakir


H. Ahmad
Ridlwan


Drs. H.
Taher Hasan


Dra. Hj.
Shinta Nuriyah, M. Hum


Dra. Hj.
Mahfudloh Ali Ubaid


Dra. Hj.
Nafisah Sahal Mahfudh


Prof.
Dr. Hj. Chuzaimah Tahido Yanggo


Dr. Hj.
Faizah Ali Sibromalisi, MA


Prof.
Dr. Hj. Ibtisyaroh, SH. MM


Dr. Hj.
Sri Mulyati





TANFIDZIYAH


Ketua
Umum : Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj, MA


Wakil
Ketua Umum : Drs. H. Slamet Effendy Yusuf. M.Si


Ketua :
Drs. H. Syaifullah Yusuf


Ketua :
Dr. H. Marsudi Syuhud


Ketua :
Prof. Dr. H.M. Nuh, DEA


Ketua :
Prof. Dr. Ir. HM. Maksum Machfoedz, M.Sc


Ketua :
Drs. KH. Abbas Abdul Mu’in, MA


Ketua :
Drs. H. M. Imam Aziz


Ketua :
Dr. H. Farid Wadjdy, M.Pd


Ketua :
Prof. Dr. H. M. Salim Al Jufri, M.Sos.I


Ketua :
KH. M. Hasib Wahab


Ketua :
Dr. H. A. Hanief Saha Ghafur, MA


Ketua :
KH. Abdul Manan Ghani


Ketua :
H. Aizzudin Abdurrahman, SH


Ketua :
H. Nusron Wahid, SE, M.SE


Ketua :
Dr. H. Eman Suryaman, MM


Ketua :
Robikin Emhas, SH, MH


Ketua :
Ir. H. M Iqbal Sullam


Ketua :
H. M Sulton Fathoni, M.Si


Sekretaris
Jenderal : Dr. Ir. H. A Helmy Faishal Zaini


Wakil
Sekjen : H. Andi Najmi Fuaidi, SH


Wakil
Sekjen : dr. H. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D


Wakil
Sekjen : Drs. H. Masduki Baidlowi


Wakil
Sekjen : Drs. H. Abd. Mun’im DZ


WakilSekjen
: Ishfah Abidal Aziz


WakilSekjen
: H. Imam Pituduh, SH, MH


WakilSekjen
: Ir. Suwadi D. Pranoto


WakilSekjen
: H. Ulil Hadrawi, M. Hum


WakilSekjen
: Sultonul Huda, M.Si


Wakil
Sekjen : Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Si


WakilSekjen
: H. Muhammad Said Aqil


WakilSekjen
: Heri Haryanto Azumi, S. Ag, MM.


Bendahara
Umum : Dr-Ing H. Bina Suhendra


Bendahara
: Dr. H. Abidin HH


Bendahara
: H. Bayu Priawan Joko Sutono, SE. M.BM


Bendahara
: H. Raja Sapta Ervian, SH. M.Hum


Bendahara
: H. Norhin Harun


Bendahara
: H. Hafidz Taftazani


Bendahara
: H. Umar Syah HS


Bendahara
: N. M. Dipo Nusantara Pua Upa









Demikian
tentang Organisasi NU, dengan banyaknya organisasi Islam di Indonesia, semoga
Alloh semakin menjadikan keharmonisan dalam persatuan, tanpa mengklaim diri yang paling benar.





Referensi :


Jurnal
Media Akademika, Vol. 26, No. 3, Juli 2011


Anggaran
Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Hasil Keputusan Muktamar Ke-33
Nu





Wallohu
a’lam


Ngubaidillah.,M.Pd


Bandung, 22 Juni 2018